Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bersosial Layaknya Makhluk Sosial di Media Sosial

waskhas.com


Sedari dulu kita tau bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia pada dasarnya selalu berhubungan secara timbal balik dengan manusia lainnya, yang artinya dalam bermasyarakat manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari manusia lain. 

Jika kita menilik dari definisi diatas maka dalam suatu struktur sosial bermasyarakat manusia akan selalu saling bertukar informasi, timbal balik untuk saling membantu satu dengan yang lain atau sekedar tukar sapa antar sesama. Kegiatan-kegiatan bersosial itu sering kita jumpai dalam lingkup masyakarat mulai dari yang paling kecil semisal sesama warga satu RT, satu RW hingga sampai lingkup desa. 

Bahkan bersosial akan semakin luas saat kita sudah sampai pada level dimana kita melakukan aktivitas diluar batas desa. Semisal kan saja di sekolahan, kita akan bertemu dan bersosialisasi dengan manusia lainnya yang sudah beda desa. Di tingkat kuliah atau dunia kerja kita sudah sampai bersosialisasi dengan yang beda kota atau provinsi bahkan mungkin sudah sampai beda negara. Bersosialisai dengan saling bertukar informasi, saling sapa, saling membantu dan banyak hal lainnya saat kita saling bertemu.

Dewasa ini kita tidak perlu harus face to face antar manusia untuk dapat bersosial, dimana pada awal tahun 2000-an muncul media yang dapat membantu kita untuk bersosialisasi dengan sesama meski jarak yang sangat jauh, yaitu dengan bantuan Media Sosial. Media Sosial adalah media untuk saling berbagi informasi, berbagi banyak hal layaknya bersosialisasi pada umumnya. Hanya saja yang membedakan adalah dengan bantuan jaringan internet media sosial bisa menjangkau lebih banyak lagi sesama manusia untuk saling berkomunikasi dalam satu waktu meskipun tanpa harus saling bertemu. Bahkan dalam sekali duduk kita sudah bisa meluncur bersosial dengan berbagai macam manusia dari belahan dunia sekalipun.

Tahun 2002 adalah awal kemuculan media sosial pertama yaitu Friendster. Saat itu Friendster sangat banyak digunakan khususnya bagi para pemuda di Indonesia, bahkan ditahun yang sama Indonesia menjadi pengguna terbanyak nomor 3 dunia. Dengan munculnya media sosial Friendster, para penggunanya dapat berkenalan dengan saling tukar pesan. Tahun 2006 Facebook muncul dengan memiliki fitur yang lebih lengkap untuk bersosial media, meski di Indonesia sendiri Facebook baru booming dan menggeser posisi nya Friedster di tahun 2008. Hingga saat ini media sosial terus bermunculan dan semakin berkembang, semisal Twitter, Instagram, kemudian aplikasi-aplikasi chatting seperti Whatsapp, Line dan lain sebagainya.

Layaknya bersosial dengan masyarakat yang menjunjung akan etika, bermedia sosial pun harus nya demikian. Prilaku yang berkaitan dengan sifat baik dan buruk juga harus di terapkan dalam bermedia sosial, sehingga kita tetap memiliki etika dalam bersosial di media sosial. Kadang orang melupakan esensi bersosial, mereka dengan mudah mengumbar umpatan-umpatan negatif pada seseorang tanpa jelas maksudnya. Biasanya mereka hanya meluapkan emosi pada orang tertentu tanpa melihat fakta. Kadang juga menyebar berita bohong dengan cepatnya tanpa menyaring dulu apakah berita yang diterima sesuai fakta atau tidak. Hanya karena tidak bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan mereka dengan gampang mencaci maki sesuka hati. 

Sebenarnya sah sah saja orang sesuka hati mereka untuk berkicau, berkomentar atau apapun itu di media sosial mereka masing-masing. Hanya saja manusia memiliki akal dan pikiran untuk bisa menjaga etika nya dalam bersosial dimanapun medianya, tanpa mencela atau menghina sampai melebihi batas kepada pihak-pihak tertentu dengan hanya landasan benci.

Bersosial lah layaknya makhluk sosial meski itu di media sosial, berkomentar tanpa mencela, beropini dengan fakta, saring sebelum sharring dan jangan jadi pembully hanya karena ingin membully si pembully. Sekian terima kasih !!!

Post a Comment for "Bersosial Layaknya Makhluk Sosial di Media Sosial"